Mufasyahnews.com, Maros – Harum biji kopi berpadu dengan semangat perubahan sosial mewarnai hari-hari di Desa Bentenge, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros. Selama dua bulan, sejak 20 Juli hingga 30 September 2025, sebanyak 20 mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang terdiri dari 14 mahasiswa Program Studi Ilmu Farmasi dan 6 mahasiswa Ilmu Komunikasi melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata Pemberdayaan Masyarakat oleh Mahasiswa (KKN-PMM).
Program ini didukung oleh Hibah DPPM-Dirjen Kemendikbudristek melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, dengan mengusung misi besar “Mewujudkan Desa Mandiri Ekonomi Berbasis Inovasi Kopi Lokal.”
Kegiatan ini dibimbing oleh tiga dosen UMI: Aminah, S.Farm., M.Sc., dan Dr. Hadawiyah, S.E., M.Si., serta satu dosen pendamping dari Universitas Muslim Maros (UMMA), Dr. Andi Herwati, S.P., M.Si., dan turut dibantu oleh apt. Nurmaya Effendi, M.Sc., Ph.D.
Mengangkat Potensi Kopi Lokal dari Hulu hingga Hilir
Desa Bentenge dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopi berkualitas di Kabupaten Maros. Namun, potensi besar tersebut belum tergarap maksimal akibat keterbatasan alat pascapanen dan minimnya strategi pemasaran.
Melalui program KKN-PMM ini, mahasiswa UMI hadir bukan hanya sebagai pelaku pengabdian, tetapi sebagai mitra kolaboratif masyarakat. Mereka membina dua kelompok utama Kelompok Tani Kopi Bentenge dan Karang Taruna Lestari sebagai simpul gerakan perubahan berbasis aset lokal.
Untuk meningkatkan efisiensi pascapanen, mahasiswa menghadirkan teknologi tepat guna berupa mesin pulper (pengupas kulit kopi basah) dan huller kopi (pengupas kopi kering/green bean), disertai pelatihan intensif agar alat tersebut dimanfaatkan secara berkelanjutan.
“Dulu kami butuh hampir sebulan untuk kupas kulit kopi, sekarang cukup sehari. Ini betul-betul meringankan,” ujar Hasan, Ketua Kelompok Tani Bentenge.
Dari Limbah Kopi Menjadi Produk Inovatif
Mahasiswa Farmasi UMI menggali potensi limbah kulit kopi menjadi kompos organik dan ekoenzim, sekaligus memperkenalkan sabun kopi transparan dan parfum kopi padat sebagai bentuk diversifikasi produk.
Pelatihan ini diikuti antusias oleh ibu-ibu desa dan anggota karang taruna yang tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik langsung membuat produk bernilai jual.
“Kami tidak pernah berpikir kopi bisa diubah jadi sabun atau parfum. Sekarang kami tahu dan bisa coba jual,” ungkap Ibu Pida, peserta pelatihan.
Sementara itu, mahasiswa Ilmu Komunikasi fokus pada branding produk, strategi pemasaran digital, dan publikasi di media sosial. Mereka membantu mitra membuat akun marketplace seperti Shopee, merancang label, hingga memproduksi video promosi.
“Produk lokal butuh kemasan dan cerita yang kuat agar bisa bersaing di era digital. Itu yang kami bantu bangun,” kata A. Muthmainnah, mahasiswa Ilmu Komunikasi UMI.
Program yang Memberdayakan, Bukan Membantu
Seluruh rangkaian kegiatan dirancang dengan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development) metode pemberdayaan yang menempatkan kekuatan lokal sebagai fondasi pembangunan.
Selain pelatihan, mahasiswa juga menyosialisasikan sertifikasi halal, izin PIRT, serta pentingnya pengemasan higienis untuk produk UMKM berbasis kopi, sebagai langkah menuju pasar nasional dan ekspor.
“Ini bukan tentang kami datang memberi. Kami membangun bersama warga, belajar dari mereka, dan bertumbuh bersama,” jelas Aminah, S.Farm., M.Sc., dosen pembimbing dan pengusul program.
Menjadi Titik Awal Desa Mandiri Ekonomi
Program KKN-PMM ini menuntut mahasiswa untuk menuntaskan 144 jam kegiatan edukasi dan masyarakat (JKEM), bukan sebagai formalitas, tetapi wujud nyata pengabdian.
Kepala Desa Bentenge, Basuki Rahmat, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini yang dinilainya sebagai tonggak awal kemandirian ekonomi desa.
“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti di sini. Ke depan, warga bisa mengembangkan sendiri usaha kopi dan produk turunannya,” ujarnya saat menutup kegiatan secara resmi.
Dengan dukungan dari Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat UMI (LPkM-UMI), program KKN-PMM ini menjadi laboratorium sosial dan ruang kolaborasi lintas disiplin ilmu yang memperkuat kapasitas desa, menumbuhkan semangat kewirausahaan, serta membuka peluang ekonomi baru berbasis potensi lokal.


 
					





 
						 
						 
						 
						 
						



